Februari 6, 2025
Artikel

Dari Islam Arab Ke Islam Indonesia Kolom

RAKYATSULUTONLINE.COM — Tulisan ini sama sekali tidak bernuansa rasial, menolak dan tidak respek terhadap etnik Arab. Perlu diingat, Nabi kita Muhammad SAW dan para khulafaurrasyidun adalah orang Arab. Al-sabiqun al-awwalun, yang pertamakali memasang badan melindungi Nabi dan berjuang keras melanjutkan estafet agama Islam dan mereka dijamin masuk syurga adalah orang-orang Arab.

Orang-orang Arab juga tidak bisa diingkari jasanya di dalam mentransformasikan warisan intelektual Yunani ke dalam dunia Islam melalui upaya penerjemahan buku-buku dan penyerapan teknologinya. Bahkan orang-orang Arab amat berjasa membawa Islam ke Indonesia, serta tak bisa dilupakan bahwa para Walisongo yang amat berjasa terhadap pengislaman di wilayah Nusantara adalah juga turunan Arab. Yang paling penting juga ialah Al-Qurán dan hadis, yang merupakan sumber ajaran Islam menggunakan bahasa Arab.

Namun demikian, tidak berarti Islam dan perangkat ajarannya harus identik dengan budaya Arab. Tidak seorang pun bisa mengklaim bahwa Islam harus identik dengan tradisi dan budaya Arab. Dengan kata lain, ajaran Islam dan budaya Arab tidak identik. Tradisi dan budaya Arab kebetulan merupakan fokus pertama yang menjemput kelahiran Islam.

banner

Adalah wajar jika kemudian ajaran Islam banyak diwarnai oleh tradisi dan budaya Arab. Tradisi dan budaya inilah yang paling pertama mewadahi ajaran dasar Islam. Tidak heran kalau Imam Malik, salah seorang pendiri imam Mazhab yang mazhabnya dikenal dengan mazhab Maliki, memasukkan Ámal ahlul Madinah (tradisi penduduk Madinah) sebagai salahsatu dasar atau rujukan hukum.

Islamisasi suatu negeri yes, tetapi Arabisasi bisa dikatakan no. Namun demikian, tradisi dan budaya Arab juga mengandung nilai-nilai universal, yang compactible dengan budaya dan tradisi lain tidak ada masalah. Seperti halnya tradisi dan budaya Indonesia memiliki juga nilai-nilai luhur bersifat universal, sehingga bisa diterima di negara-negara lain. Misalnya, tradisi Halal bi Halal setiap usai bulan puasa sekarang banyak diadopsi di Negara-negara lain seperti di kawasan Asia Tenggara, itu tidak ada masalah.

Yang menjadi masalah jika ajaran Islam dipaksakan identik dengan tradisi dan budaya Arab. Seolah-olah yang paling islami ialah tradisi dan budaya Arab, bahkan ada yang membid’ahkan jika ada aspek ajaran Islam melekat pada budaya lokal. Seperti tradisi perkawinan yang sering dirangkai dengan adat-istiadat lokal, sering ada yang mengusiknya.

Sepanjang sebuah tradisi dan budaya tidak bertentangan dengan substansi ajaran Islam, maka itu sah saja menjadi “tempat” ajaran Islam mengaktualkan atau mewadahi dirinya. Contohnya, ajaran Islam menyerukan menutup aurat, tetapi model penutup auratnya tidak mesti menggunakan cadar (chodor dari bahasa Persia berarti kelambu), Abaya (tradisi Syiria), hijab atau jilbab (Arab).

Perempuan muslimah Indonesia bisa tetap menggunakan model dan pakaian tradisional masing-masing, yang penting terpenuhi substansi ajaran Islamnya sebagai penutup aurat. Apa itu aurat, di mana batas-batas aurat laki-laki dan perempuan? Akan dibahas tersendiri dalam artikel lain.

Arabisasi ajaran Islam sama dampaknya dengan dearabisasi ajaran Islam. Tidaklah proporsional jika ada gerakan yang latah melakukan arabisasi ajaran Islam, seperti tidak proporsionalnya sebuah gerakan indonesianisasi ajaran Islam dengan latah melakukan dearabisasi. Baik budaya Arab maupun budaya Indonesia, atau pun budaya lainnya, sama-sama memiliki hak budaya (cultiral right) untuk mewadahi ajaran non-dasar Islam. Semua orang bisa menjadi the best muslim tanpa harus berbudaya Arab.(***)

 

Postingan Lainnya

Transformasi PPP Dalam Bayang Status Quo

admin-rsoldotcom

Allah: A God Dan The God

admin-rsoldotcom

Sutradara Agung

admin-rsoldotcom

Tinggalkan komentar