RSOL, Rakyat Sulut Online.com — Sebelum kedatangan Islam, Bangsa Arab dan Persia banyak menganut berbagai agama, termasuk Majusi yang memiliki ajaran khas.
Majusi atau Zoroastrianisme adalah agama yang mengajarkan dualisme yaitu keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Baik, Ahura Mazda, dan kekuatan jahat yang diwakili oleh Ahriman.
Sebagai agama yang sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Islam, Majusi menjadi agama yang membimbing aspek spiritual masyarakat Persia. Meskipun begitu, ajaran ini mengalami penurunan seiring masuknya agama Islam dan agama-agama lainnya.

Siapa Bangsa Rum Pengkhianat Islam di Akhir Zaman?
Ajaran Majusi
Dikutip dari buku The Great Quran Ahmad Hatta, dkk, Majusi memiliki berbagai aliran, salah satunya yang paling terkenal adalah ajaran Zoroaster. Zoroaster mengajarkan kepercayaan kepada satu Tuhan yang Maha Esa, yaitu Ahura Mazda, yang dianggap sebagai Tuhan kebaikan mutlak, sementara Ahriman dianggap sebagai Tuhan kegelapan dan kejahatan.
Zoroaster juga memiliki kitab suci yang disebut Avesta, yang disusun dalam bahasa Persia kuno atau Bahasa Pahlawy. Meskipun sebagian besar kitab tersebut hilang, beberapa bagian telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia modern dan digunakan dalam ibadah oleh penganut Zoroastrianisme.
Dalam ajaran Zoroaster, kehidupan manusia terbagi menjadi dua, yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Keberuntungan atau kesengsaraan seseorang di akhirat bergantung pada amal perbuatan mereka selama hidup di dunia.
Zoroaster juga mengajarkan tentang kiamat, di mana setiap amal perbuatan manusia akan dihitung. Setelah perhitungan dilakukan, manusia akan melewati jalan menuju surga yang mudah dilalui bagi mereka yang beramal baik, sementara mereka yang berdosa akan mengalami kesulitan.
Surat Luqman Ayat 13-14: Arab, Latin, Terjemahan, Asbabun Nuzul, dan Tafsir
Sejarah Agama Majusi
Agama Majusi sering disebut sebagai agama besar yang memiliki ajaran dualisme, yaitu pandangan tentang adanya dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu kebaikan dan keburukan. Dalam kepercayaan mereka, kebaikan digambarkan sebagai cahaya, sementara keburukan sebagai kegelapan, yang dalam bahasa Persia disebut Yazdan dan Ahraman.
Menurut buku Situs-Situs dalam Alquran dari Hebron Hingga Borobudur karya Syahrudin El-fikri, agama Majusi didirikan oleh Zoroaster, seorang tokoh alim yang berasal dari Persia, Iran.
Zoroaster dikenal sebagai pencetus ajaran Zoroastrianisme yang kemudian dianut oleh masyarakat Persia. Ia dihormati sebagai tokoh penting, bahkan beberapa orang menyebutnya nabi.
Sejarawan memperkirakan Zoroaster hidup sekitar tahun 1700 SM, meskipun ada pula yang berpendapat bahwa ia hidup pada abad ke-6 SM. Beberapa sumber mengaitkan tempat hidup Zoroaster dengan wilayah yang berada di bawah Kekaisaran Persia pada masa pemerintahan Cyrus yang Agung, sekitar abad ke-16 SM. Dua abad setelah itu, ajaran ini diterima oleh raja-raja Persia dan semakin berkembang di kalangan masyarakat.
Namun, setelah Kekaisaran Persia ditaklukkan oleh Aleksander Agung pada akhir abad ke-4 SM, agama Zoroaster mulai mengalami kemunduran.
Pada masa Dinasti Sassanid (226 SM), ajaran Zoroastrianisme sempat diakui sebagai agama resmi Persia.
Namun, seiring dengan perkembangan politik dan budaya, agama Majusi semakin surut, dan banyak pengikutnya berpindah ke agama lain, termasuk Islam.
Kini, pengikut agama Majusi masih dapat ditemukan di beberapa wilayah, termasuk Amerika dan Eropa, dengan keyakinan kepada Tuhan Ahura Mazda.
Bolehkan Menyantuni Anak Yatim Non muslim? Begini Hukumnya
Majusi dalam Al-Qur’an dan Hadits
Keberadaan agama Majusi juga diterangkan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran dan Hadits.
Dalam surat Al Hajj ayat 17, Allah SWT berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالصَّابِـِٕيْنَ وَالنَّصٰرٰى وَالْمَجُوْسَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا ۖاِنَّ اللّٰهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Sabiin, orang Nasrani, orang Majusi dan orang musyrik, Allah pasti memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sungguh, Allah menjadi saksi atas segala sesuatu.”
Selain itu, sebuah riwayat hadits juga pernah menuliskan keberadaan agama Majusi. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Dan kedua orangtuanya lah yang menjadikannya sebagai Nasrani, Yahudi, atau Majusi.” (HR. Bukhori).(*adm)