RSOL, Rakyatsulutonline.com — Komitmen Universitas Negeri Manado (Unima) terhadap pengabdian kepada masyarakat di Sulawesi Utara (Sulut) sudah banyak terbukti. Tentunya, semangat tersebut tak lepas dari kewajiban sebagai lembaga Pendidikan Tinggi Negeri, yang termuat dalam Tridharma Perguruan Tinggi, salah satunya pengabdian.
Terobosan yang kembali dicetuskan yakni, tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Unima kembali melaksanakan kegiatan pendampingan pembuatan asap cair dari limbah jerami padi sebagai bio pestisida bagi kelompok tani di Desa Diat Bolaang Mongondow (Bolmong).
Program terswbut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah jerami padi, yang selama ini dianggap limbah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Hal tersebut dikatakan, Miftahul Jannah SSi MSi, Ketua PKM Unima.

“Kegiatan terlaksana atas dukungan Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tahun 2024 yang telah mendanai kegiatan ini,” ujar Dosen Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam & Kebumian (FMIPA & Kebumian) Unima ini kepada Rakyat Sulut (RSOL Grup) di Tondano, Rabu sore (11/9).
Dia menjelaskan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya limbah jerami padi yang dihasilkan setiap musim panen di desa tersebut. Namun, tegasnya lagi, yang sering kali dibakar begitu saja. “Melalui program ini, tim pengabdian dari Universitas Universitas Negeri Manado dengan anggota Tim Prof Meytij Jeanne Rampe MSi (Dosen Kimia), Hasmiati SPd MPd (Dosen Pendidikan Biologi) dan dua mahasiswa Kimia memberikan solusi inovatif dengan mengajarkan cara pembuatan asap cair yang dapat digunakan sebagai biopestisida, sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani pada pestisida kimia,” bebernya jelas.
Dia juga menuturkan, pelatihan berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 30 Agustus sampai dengan 1 September 2024. Sementara kegiatan ini diikuti 15 orang kelompok tani Diat 1 Desa Diat Bolaang Mongondow.
“Peserta mendapatkan pengetahuan mengenai manfaat dan potensi asap cair sebagai biopestisida, serta teknik pengolahan limbah jerami padi menjadi asap cair. Tujuan utama kegiatan ini untuk memberdayakan petani agar mampu memanfaatkan limbah jerami padi menjadi produk yang ramah lingkungan dan menguntungkan secara ekonomi,” jelasnya lagi.
Besar harapan Tim PKM Unima agar kegiatan ini memberikan nilai manfaat, dan ada keberlanjutan lanjutnya lagi. Untuk itu, pihaknya mengharapkan agar asap cair yang dihasilkan dari limbah jerami padi memiliki kandungan senyawa fenol dan asam organik yang efektif sebagai pestisida alami. “Peserta juga mendapatkan materi dari dua narasumber. Narasumber pertama dari Moh Ikhsanuddin dan Munir SSi (Penelaah Dampak Lingkungan DLH Kotamobagu) dan narasumber kedua dari Mustapa SSi MSi (Dosen Kimia) yang menjelaskan tentang manfaat asap cair,” ujarnya.
Selama pelatihan, lanjut lagi Miftahul. Petani diajak untuk langsung praktik membuat asap cair dengan menggunakan alat pirolisis asap cair yang dimodifikasi dan dikembangkan oleh tim. Melalui alat pirolisis yang dibawa ke lokasi pengabdian. “Maka demikian, peserta dapat melihat dan mempraktekkan langsung bagaimana pembuatan asap cair,” kuncinya.
Sementara Munir selaku ketua kelompok tani setempat, menyatakan antusiasmenya terhadap program ini.
“Kami sangat bersyukur atas pendampingan ini. Dampaknya sangat membantu kelompok tani. Kelompok tani mengetahui cara memanfaatkan limbah jerami padi untuk biopestisida, yang selama ini jerami tersebut hanya dibakar begitu saja. Selain untuk mengurangi limbah, kami juga dapat mengurangi biaya pembelian pestisida kimia. Asap cair ini mudah dibuat dan sangat efektif untuk mengusir hama,” ungkapnya.
Tommy, salah satu peserta kegiatan memberikan testimoni serta meminta komitmen dari Tim PKM Universitas Negeri Manado untuk terus memberikan pendampingan teknis kepada kelompok tani di Desa Diat Bolaang Mongondow.
“Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan petani di Desa Diat Bolaang Mongondow dapat mengoptimalkan pemanfaatan limbah jerami padi, dan juga meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan dengan cara yang lebih ramah lingkungan,” ujarnya.
Untuk diketahui, kegiatan ini diakhiri dengan penyerahan alat pembuatan asap cair (pirolisis), dan buku panduan kepada peserta, seminar KIT dan uang saku kepada peserta kegiatan. (tr-09/but)